Kamis, 13 April 2017

Jejak awal Sukses Bisnis “Nabi Muhammad SAW”


Dalam berbisnis, Nabi Muhammad SAW berkiprah dalam waktu lebih dari 20 tahun di bidang wirausaha (perdagangan), sehingga beliau dikenal di Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Namun demikian, uraian mendalam tentang pengalaman dan keterampilan dagangnya kurang memperoleh pengamatan selama ini.
Beliau mempunyai pengalaman yang pahit, dilahirkan dalam keadaan yatim, ketika ayahnya sudah tiada. Pada usia enam tahun, dalam perjalanan kembali dari Yatsrib sesudah menengok makam ayahnya, Nabi Muhammad SAW kembali kehilangan orangtua karena saat itu ibunya pun wafat. Dalam usia enam tahun Nabi Muhammad SAW sudah menjadi yatim piatu. Sampai usia delapan tahun 2 bulan beliau dibina dan dididik oleh kakeknya, Abdul Muthalib, seorang yang terpandang waktu itu. Usia itu sepeninggal kakeknya, diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad mulai mencari nafkah sendiri dengan menggembala kambing.
Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad SAW diajak oleh pamannya berdagang ke Syiria yang berjarak ribuan kilometer dari kota mekah. Perjalanan yang begitu jauh yang ditempuh oleh seorang anak berusia 12 tahun tanpa menggunakan mobil ataupun pesawat sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang. Sepulang dari Syiria, Nabi Muhammad SAW sangat sering mengadakan bisnis sampai beliau dikenal di Jazirah Arab sebagai seorang pengusaha Muda yang sukses.
Reputasi Nabi Muhammad SAW dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits Abdul Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih perkerjaan sebagai pedagang/wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu pun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur Semenanjung Arab.
Sebelum menjadi mudharib (fund manager) dari harta Khadijah, ia kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di Syiria dan Yaman. Dalam Sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan empat lawatan dagang untuk Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. Ia juga melakukan beberapa perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ke Syiria adalah perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping perjalanannya sendiri- yang keenam-termasuk perjalanan yang dilakukan bersama pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun.
Di pertengahan usia 30-an, ia banyak terlibat dalam bidang perdagangan seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dari perjalanan dagang Nabi setelah menikah, telah dicatat dalam sejarah: pertama, perjalanan dagang ke Yaman, kedua, ke Najd, dan ketiga ke Najran. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-perjalanan tersebut, Nabi terlibat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain, Nabi sibuk mengurus perdagangan grosir pasar-pasar kota Makkah. Dalam menjalankan bisnisnya Nabi Muhammad SAW jelas menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang jitu dan handal sehingga bisnisnya tetap untung dan tidak pernah merugi

Strategi Bisnis Rasulullah
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW ternyata bisa menghasilkan berbisnis tanpa meninggalkan, mengabaikan atau tanpa melakukan kompromi dengan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan amanah. Strateginya juga ternyata sebagai refleksi dari 4 sifat utama beliau yaitu Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Rasulullah SAW berbisnis tanpa memiliki modal dan tanpa memiliki koneksi. Dalam kondisi demikian Nabi Muhammad SAW memulai bisnisnya dengan dagang bukan produksi. Dalam hadits disebutkan bahwa ada 10 sumber penghasilan, 9 diantaranya adalah dagang. Inti dagang menurut Ibnu Khaldun adalah mengetahui dimana beli yang murah, dan jual yang mahal. Memang beliau ikut pamannya Abu Thalib tapi Abu Thalib bukanlah seorang konglomerat, melainkan sebagai pedagang dengan resource yang sangat terbatas. Sehingga dari kondisi ini Rasulullah memulai bisnisnya dengan dagang. Sebenarnya sebelum hal ini, yang pertama kali Rasul lakukan adalah mengalahkan diri sendiri (Mujahadah). Dalam istilah bisnis ini disebut dengan menembus mental blocking. Dalam usia relatif muda, 12 tahun beliau tidak memiliki lagi mental blocking.
Rasul SAW mulai masuk sektor produksi ketika berada di Madinah. Iklim di Madinah waktu itu adalah kecurangan timbangan. Kemudian Rasulullah malah menyuruh untuk sedikit melebihkannya. Walaupun margin per transaksinya kecil tepi sales volumenya besar. Sehingga akhirnya rasulullah dapat menguasai pasar. Pelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa Rasulullah tidak membalas kecurangan dengan kecurangan. Dengan kata lain penipuan dihadapi dengan sedekah.
Taktik bisnis beliau selalu menjaga nilai kejujuran tetapi dibalut dengan kecerdikan (fathonah).
Kasus Bilal, yang akan menukar kurma yang baik dengan yang buruk ternyata tidak disetujui Rasulullah. Ini menandakan bahwa rasul tahu betul untuk tiap-tiap kualitas barang ada supply dan demand.
Rasulullah SAW menjual barang dengan kualitasnya masing-masing.
Dalam investasi Rasulullah cenderung tidak melakukan pinjaman, tetapi mengambilnya dari kumulasi profit.
Dalam berbisnis, rasulullah lebih memprioritaskan pembayaran hutang dari pada pemutaran untuk modal. Tetapi yang lebih prioritas lagi yaitu gaji pegawai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rahmat Mulyadi

Perniagaan Yang Baik Akan Mendapatkan Keuntungan Dunia Akhirat

Rasulullah merupakan contoh tauladan bagi kita sebagai umat islam. Semua ucapan, sikap dan perbuatan Rasul mengajarkan kita tentang ...